Kampung
Waerebo Yang Hangat Akan Sambutan Dan Kebersamaannya
|
Kampung Waerebo |
Selasa, 18 Agustus
Kami menyewa mobil avanza
mas Apid pemuda asal Ruteng yang sebelumnya telah kami hubungi dan kemudian
kami berangkat dari Labuan Bajo jam 04.00wita menuju Desa Denge, ya Desa Denge
adalah desa terakhir yang akan kami lalui sebelum berjalan atau trecking menuju kampung Waerebo. Semua
wisatawan yang ingin berkunjung menuju
ke Waerebo haruslah singgah didesa ini dulu tepatnya di Homestay Pak Blasius Monta. Sekitar 7 jam perjalanan menuju Denge
ini dari Labuan Bajo, jalannya berkelok-kelok kayak jalur selatan Jawa Barat.
Pemandangnya sangat lah indah jalan semakin menanjak dan udara pun semakin
dingin nan segar, gak lama gw pun
ketiduran. Oh ya dalam 1 mobil ini kami tumpuk 8 malah 9 sama driver mas Apid, posisi tempat duduk
yaitu depan 2 tengah 4 belakang 3, Yap ditengah 4 termasuk gw sedih gak tuh??
Posisi duduk kami waktu itu dengkul hampir ketemu jidat, sikut ketemu sikut
untung gak bibir ketemu bibir ehehe. Tapi mau gimana lagi sebenernya kalo 8
orang kita diharuskan menyewa mobil elf bukan mini bus gini yang sebenernya
kapasitasnya hanya 6-7 orang, lataran kondisi muka kami yang pas-pasan eh
kantong kami yang pas-pasan maksudnya yasudah kami nikmatin lah perjalanan ini,
namanya juga lika-liku perjalanan ya kalo mau nyaman dan asik silahkan
jalan-jalan sama keluarga masing-masing aja sana ahaha.
|
Pertigaan Pela (Otokol Ruteng-Dintor) |
Sekitar jam 11.00 wita
kami sampai di Denge Homestay Pak
Blasius Monta, keluar mobil langsung bretekin badan aduuuh pinggang berasa mau
copooot. Kami pun numpang istrahat sebentar untuk sekedar membersihkan badan
dan memesan makanan, setelah kita selesai makan lalu kami pun diantar menuju
kampung Waerebo oleh 1 orang guide yang
akan membimbing kita. Banyak pengetahuan yang gw dapat tentang Waerebo ini dari
guide kami yang bernama Pak Sebastian
ini, yang paling menarik perhatian gw saat itu adalah waktu dia menjelaskan
tentang sosok yang bernama pak Yori Antar dan ibu Tirto Utomo. Pak Yori Antar
ini adalah orang Jakarta yang pada tahun 2008 pernah berkunjung ke Waerebo saat
itu rumah adat atau biasa disebut mbaru niang di Waerebo hanya tersisa 4 buah
rumah dari 7 rumah yang dibangun sejak dahulu, sedangkan 3 buah rumah sisanya
telah habis dimakan usia, sedangkan ibu Tirto Utomo adalah seorang donatur yang
akhirnnya membantu melestarikan dan menjaga salah satu kebudayaan Indonesia ini
dengan membagun rumah-rumah adat di Waerebo. Yang hebatnya lagi pada tanggal 17
Agustus 2015 kemarin ternyata pak Yori datang untuk mengikuti upacara di
Waerebo, keren men sumpah sayang gw kelewat sehari untuk bertemu dengan salah
satu orang yang sangat berjasa terhadap kampung Waerebo ini. Oh ya dalam
perjalanan menuju Kampung Waerebo ini mas Bagus begitu gw manggilnya tidak
ikut, dia lebih memilih istirahat di homestay
pak Blasius mungkin karna tidak enak badan karna waktu diperjalanan menuju
Denge tadi dia sempet muntah-muntah dijalan ahaha *ngakak*. Cerita Perjanan Pak Yori Anwar Beserta Rombongan Menuju Kampung Waerebo Yang Hampir Punah
|
Harga Tahun 2015 di Wae Rebo |
|
Replika Mbaru Niang (rumah adat waerebo) |
|
Start treking melewati SD Desa Denge |
Kampung
Waerebo ini berada diketinggian 1.100 mdpl sering juga disebut sebagai negeri
diatas awan, terletak disebuah dusun terpencil di Desa Satarlenda, Keamatan
Satarmese Barat, Kabupaten Mangarai Barat yang dapat ditempuh sekitar 4 jam
dari Ruteng. Jalur Waerebo itu dimulai dari
Denge - Waelomba (1j30m) - Pocoroko (1j30m) - Waerebo (1j) Di jalur treking kami
berpas-pasan dengan salah satu penduduk Waerebo yang turun kebawah ingin
menjual hasil tanamnya dengan badan tinggi kekar kulit coklat gelap muka sangar
dia pun menyapa kami dengan lembut ah siyaal orang Flores memang begitu ramah,
sopan dan selalu melemparkan senyum dengan tulus. Kalo gak percaya tunjukan
sedikit senyuman kalian maka niscaya mereka akan memberikan senyumannya yang
lebih lebar dari kalian, ada lagi kata orang Flores “sekali orang Flores
menebarkan senyumannya, hilanglah wajah neraka mereka” wuuiii saluut gak tuh.
|
Jalur menuju Waerebo BERSIH TAK ADA SAMPAH!! |
|
7 pesan masyarakat Waerebo |
Sekitar jam 16.15wita kita sampai Waerebo sudah terlihat rumah-rumah yang
berbentuk kerucut itu, salah satu pesan yang sangat penting yang disampaikan
oleh pak Sebastian ini adalah jangan mengambil gambar atau video Waerebo
sebelum melakukan upacara adat penyambutan tamu bahkan ini pun tertulis didalam
peraturan resmi wisata disana. Soal kepercayaan dan budaya adalah hak dasar
setiap orang atau sekelompok orang, kita sebagai pengunjung atau pejalan ibarat
seperti “bertamu dirumah orang lain” hal
yang mutlak kita harus lakukan yaitu dengan menghormati budaya dan tradisi sang
“pemillik rumah” so respect to people
wherever you go Tamu pun harus berhenti dahulu disebuah rumah pos terakhir
untuk membunyikan bel dari bambu, bunyi bel tersebut menandakan bahwa ada orang
asing atau tamu yang datang dan para penduduk lokal harap bersiap-siap untuk
menyambutnya.
|
Rumah Gadang tempat tinggal ketua adat Waerebo |
Setelah sampai kami pun langsung masuk menuju rumah kerucut paling
besar tersebut atau Rumah Gadang, rumah induk tempat tinggal ketua adat. Rumah
adat Waerebo ini disebut juga dengan Mbaru Niang, rumah ini terdiri dari 5
tingkat nahlu dan masing-masing tingkat mempunyai fungsi sendiri, tingkat 1
yaitu “Lutur” yang ditempati untuk aktifitas dalam rumah kayak masak tidur dan
ngobrol-ngbrol lah, tingkat 2 yaitu “Lobo” untuk menyimpan bahan makanan dan
barang-barang lainnya, tingkat ke 3 yaitu “Lentar” untuk menyimpan benih
seperti jagung, padi dan lain-lain, tingkat ke empat yaitu “lempa Rae” untuk
stok cadangan makanan, tingkat ke 5 “Hekang Kode” digunakan untuk menyimpan
langkar (anyaman dari bambu berbentuk persegi guna menyimpan sesajian buat
leluhur), dalam 1 rumah Mbaru Niang ini dapat di isi oleh 6 kepala keluarga
nahlu rame beneeer. Setelah selesai kami pun memberi uang kepada ketua adat
sebagai simbol persembahan dan memberi uang kepada pengurus Waerebo karna kami
ingin menginap Rp325.000/org buset berat banget ngeluarin dompet saat itu,
lalu kami pun keluar untuk menikmati suasana Kampung Waerebo yang telah
mendunia ini karna pada tahun 2012
Waerebo telah dinobatkan sebagai salah satu konservasi warisan budaya dari UNESCO Asia-Pasifik dan menjadi salah
satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur tahun 2013. Lalu
kami pun masuk kerumah sebentar untuk mencicipi kopi Waerebo yang khas itu,
“mama tolong kau buatkan kopi 1 untuk ku mama” karna gw orangnya hobi ngopi apalagi
kopi ireng yaa gilaaaak ngopi teruuss laaaah ampe puuaaass mantaaffff ahaha.
|
Ketua Adat Kampung Waerebo Pak Alex dan Arya |
|
Menumbuk Kopi Waerebo |
|
Kegiatan Menjemur Biji Kopi |
Kami
membawa sedikit permen dan coklat untuk berbagi dengan anak-anak dikampung
Waerebo ini, semua orang disana sangatlah ramah dan sederhana mereka juga
sangat baik dan luar biasa menghargai para tamu. Berbicara dan berinteraksi
bersama mereka semua disana bikin gw senang, bahagia, takjub, salut dan makin
jatuh hati terhadap masyarakat di tanah Flores ini, “Happiness is only real when shared” Chirstopher McCandless. Gw pun
ngobrol dengan salah satu pemuda Waerebo terus gw pun diajak menuju Rumah Taman
Baca untuk menikmati panorama Waerebo dari ketinggian, lalu malam pun datang
kami beristirahat tidur diatas anyaman rotan yang sangat nyaman.
|
Anak Waerebo |
|
Rumah Taman Baca Waerebo |
|
Sore di Kampung Waerebo |
|
Makan Malam Bersama |
Rabu, 19 Agustus
*Uhuuk
uhuuk uwek uwek cuih* gw pun terbangun karna kepulan asap yang dibuat para mama
yang sedang memulai memasak, ya letak dapurnya berada ditengah rumah bukan
dibelakang atau disamping wajar aja kalo batuk dan hati suka pedih eh mata suka
pedih maksudnya. Dengan muka lusuh mata belekan ileran ingusan gw pun nyamperin
mama “Mama kopi 1 boleh mama” pesen kopi lagi gw ahaha baru keluar buat
nikmatin sunrise agak kesiangan si
sekitar jam 06.00wita gw menuju spot
sunrise yaitu Rumah Taman Baca yang diantar pemuda Waerebo kemarin sore.
|
Para Mama sedang masak |
|
Berlagak sok kuat padahal maaah paling loyo :p ahaha @fildzaainunn |
Setelah
sarapan kami pun harus melakukan perjalanan kembali menuju destinasi
selanjutnya yaitu Danau Kelimutu, kami mulai turun menuju Denge sekitar jam
10.15wita dtemani kembali oleh pak Sebastian. Diharapkan untuk memakai sepatu
atau sandal gunung jangan kayak gw yang dari Jakarta cuman make sandal jepit
ijo sualow *yaakumahapaatuh* gapapa deh kalo kata si Uga @goresanpejalan mah
GGS Ganteng Ganteng Sualow ahaha het bolang. Sampai homestay pak Blasius kami pun langsung istirahat sejenak dan
melihat kondisi kawan perjalanan kami yaitu mas Bagus, tak diduga tak disangka
ternyata dia pulang duluan buseeet gak bilang-bilang itu orang disitu gw bukan
kecewa apalagi kecowa tapi gw jadi ngerasa gak enak mungkin dia sakit lelah
kecapean atau apa karna gw akuin emang
trip ini bener-bener menguras fisik kami.
|
Meninggalkan Waerebo Yang Hangat Akan Kebersamaan |
|
Bersama Pak Sebastian Guide Kami |
Kami pun melanjutkan perjalanan ke
Danau Kelimutu, disini mas Apid ternyata bilang tidak sanggup untuk mengemudi
sendirian dari Denge terus Moni Danau Kelimutu kemudian pulang ke Labuan Bajo.
Wajar si lantaran perjalanan yang sangatlah jauh, akhirnya dia pun meminta
bantuan ke temannya yang ada di Ruteng sekalian berangkat dengan berat hati
kami pun menyetujuinnya, kami pun berangkat dari Denge sekitar jam 15.30wita.
Sesampainya di Ruteng kami pun bertemu dengan temannya mas Apid yaitu bang
Airin begitu gw manggilnya langsung aja kami meminta tolong dan langsung nego
harga untuk membantu membawa mobil mas Apid ini jadi kami ada 2 driver harga pun sepakat di Rp.500.000.
Jalurnya gelap gulita hawa yang mencekam seperti menyelimuti jalur trans Flores
ini setelah melewati Ruteng, dimobil kami malah diceritain yang serem-serem sama
bang airin dan mas Apid buset baaaang ampuun apalagi deket jalur Danau Ranamese
yang konon katanya pernah ada *tuuuuut**skip* kejadian yang menyeramkan
munculnya sosok tubuh seseorang yang tanpa kepala, dan seorang kakek-kakek yang
bila kita melihatnya setidaknya memberikan rokok atau kita tidak bisa lewat.
Mengejar Sunrise Di Danau Kelimutu
Mudah2an tahun ini kesampean ke wae rebo ;-)
BalasHapusAminnn omcum disegerakan lah kesana!! tapi jangan mengumbar aurat mu ya disana, cukup dipantai aja hehe sukses terus omcum makasih sudah mampir :)
Hapus