Minggu, 18 Oktober 2015

Menuju Kampung Waerebo Dari Labuan Bajo

Kampung Waerebo Yang Hangat Akan Sambutan Dan Kebersamaannya
Kampung Waerebo
Selasa, 18 Agustus
            Kami menyewa mobil avanza mas Apid pemuda asal Ruteng yang sebelumnya telah kami hubungi dan kemudian kami berangkat dari Labuan Bajo jam 04.00wita menuju Desa Denge, ya Desa Denge adalah desa terakhir yang akan kami lalui sebelum berjalan atau trecking menuju kampung Waerebo. Semua wisatawan yang  ingin berkunjung menuju ke Waerebo haruslah singgah didesa ini dulu tepatnya di Homestay Pak Blasius Monta. Sekitar 7 jam perjalanan menuju Denge ini dari Labuan Bajo, jalannya berkelok-kelok kayak jalur selatan Jawa Barat. Pemandangnya sangat lah indah jalan semakin menanjak dan udara pun semakin dingin nan  segar, gak lama gw pun ketiduran. Oh ya dalam 1 mobil ini kami tumpuk 8 malah 9 sama driver mas Apid, posisi tempat duduk yaitu depan 2 tengah 4 belakang 3, Yap ditengah 4 termasuk gw sedih gak tuh?? Posisi duduk kami waktu itu dengkul hampir ketemu jidat, sikut ketemu sikut untung gak bibir ketemu bibir ehehe. Tapi mau gimana lagi sebenernya kalo 8 orang kita diharuskan menyewa mobil elf bukan mini bus gini yang sebenernya kapasitasnya hanya 6-7 orang, lataran kondisi muka kami yang pas-pasan eh kantong kami yang pas-pasan maksudnya yasudah kami nikmatin lah perjalanan ini, namanya juga lika-liku perjalanan ya kalo mau nyaman dan asik silahkan jalan-jalan sama keluarga masing-masing aja sana ahaha.
Pertigaan Pela (Otokol Ruteng-Dintor)
Sekitar jam 11.00 wita kami sampai di Denge Homestay Pak Blasius Monta, keluar mobil langsung bretekin badan aduuuh pinggang berasa mau copooot. Kami pun numpang istrahat sebentar untuk sekedar membersihkan badan dan memesan makanan, setelah kita selesai makan lalu kami pun diantar menuju kampung Waerebo oleh 1 orang guide yang akan membimbing kita. Banyak pengetahuan yang gw dapat tentang Waerebo ini dari guide kami yang bernama Pak Sebastian ini, yang paling menarik perhatian gw saat itu adalah waktu dia menjelaskan tentang sosok yang bernama pak Yori Antar dan ibu Tirto Utomo. Pak Yori Antar ini adalah orang Jakarta yang pada tahun 2008 pernah berkunjung ke Waerebo saat itu rumah adat atau biasa disebut mbaru niang di Waerebo hanya tersisa 4 buah rumah dari 7 rumah yang dibangun sejak dahulu, sedangkan 3 buah rumah sisanya telah habis dimakan usia, sedangkan ibu Tirto Utomo adalah seorang donatur yang akhirnnya membantu melestarikan dan menjaga salah satu kebudayaan Indonesia ini dengan membagun rumah-rumah adat di Waerebo. Yang hebatnya lagi pada tanggal 17 Agustus 2015 kemarin ternyata pak Yori datang untuk mengikuti upacara di Waerebo, keren men sumpah sayang gw kelewat sehari untuk bertemu dengan salah satu orang yang sangat berjasa terhadap kampung Waerebo ini. Oh ya dalam perjalanan menuju Kampung Waerebo ini mas Bagus begitu gw manggilnya tidak ikut, dia lebih memilih istirahat di homestay pak Blasius mungkin karna tidak enak badan karna waktu diperjalanan menuju Denge tadi dia sempet muntah-muntah dijalan ahaha *ngakak*. Cerita Perjanan Pak Yori Anwar Beserta Rombongan Menuju Kampung Waerebo Yang Hampir Punah
Harga Tahun 2015 di Wae Rebo
Replika Mbaru Niang (rumah adat waerebo)
 Start treking melewati SD Desa Denge
Kampung Waerebo ini berada diketinggian 1.100 mdpl sering juga disebut sebagai negeri diatas awan, terletak disebuah dusun terpencil di Desa Satarlenda, Keamatan Satarmese Barat, Kabupaten Mangarai Barat yang dapat ditempuh sekitar 4 jam dari Ruteng. Jalur Waerebo itu dimulai dari Denge - Waelomba (1j30m) - Pocoroko (1j30m) - Waerebo (1j) Di jalur treking kami berpas-pasan dengan salah satu penduduk Waerebo yang turun kebawah ingin menjual hasil tanamnya dengan badan tinggi kekar kulit coklat gelap muka sangar dia pun menyapa kami dengan lembut ah siyaal orang Flores memang begitu ramah, sopan dan selalu melemparkan senyum dengan tulus. Kalo gak percaya tunjukan sedikit senyuman kalian maka niscaya mereka akan memberikan senyumannya yang lebih lebar dari kalian, ada lagi kata orang Flores “sekali orang Flores menebarkan senyumannya, hilanglah wajah neraka mereka” wuuiii saluut gak tuh.
Jalur menuju Waerebo BERSIH TAK ADA SAMPAH!!
7 pesan masyarakat Waerebo
 Sekitar jam 16.15wita kita sampai Waerebo sudah terlihat rumah-rumah yang berbentuk kerucut itu, salah satu pesan yang sangat penting yang disampaikan oleh pak Sebastian ini adalah jangan mengambil gambar atau video Waerebo sebelum melakukan upacara adat penyambutan tamu bahkan ini pun tertulis didalam peraturan resmi wisata disana. Soal kepercayaan dan budaya adalah hak dasar setiap orang atau sekelompok orang, kita sebagai pengunjung atau pejalan ibarat seperti  “bertamu dirumah orang lain” hal yang mutlak kita harus lakukan yaitu dengan menghormati budaya dan tradisi sang “pemillik rumah” so respect to people wherever you go Tamu pun harus berhenti dahulu disebuah rumah pos terakhir untuk membunyikan bel dari bambu, bunyi bel tersebut menandakan bahwa ada orang asing atau tamu yang datang dan para penduduk lokal harap bersiap-siap untuk menyambutnya. 
Rumah Gadang tempat tinggal ketua adat Waerebo
Setelah sampai kami pun langsung masuk menuju rumah kerucut paling besar tersebut atau Rumah Gadang, rumah induk tempat tinggal ketua adat. Rumah adat Waerebo ini disebut juga dengan Mbaru Niang, rumah ini terdiri dari 5 tingkat nahlu dan masing-masing tingkat mempunyai fungsi sendiri, tingkat 1 yaitu “Lutur” yang ditempati untuk aktifitas dalam rumah kayak masak tidur dan ngobrol-ngbrol lah, tingkat 2 yaitu “Lobo” untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang lainnya, tingkat ke 3 yaitu “Lentar” untuk menyimpan benih seperti jagung, padi dan lain-lain, tingkat ke empat yaitu “lempa Rae” untuk stok cadangan makanan, tingkat ke 5 “Hekang Kode” digunakan untuk menyimpan langkar (anyaman dari bambu berbentuk persegi guna menyimpan sesajian buat leluhur), dalam 1 rumah Mbaru Niang ini dapat di isi oleh 6 kepala keluarga nahlu rame beneeer. Setelah selesai kami pun memberi uang kepada ketua adat sebagai simbol persembahan dan memberi uang kepada pengurus Waerebo karna kami ingin menginap Rp325.000/org buset berat banget ngeluarin dompet saat itu, lalu kami pun keluar untuk menikmati suasana Kampung Waerebo yang telah mendunia ini karna pada tahun  2012 Waerebo telah dinobatkan sebagai salah satu konservasi warisan budaya dari UNESCO Asia-Pasifik dan menjadi salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur tahun 2013. Lalu kami pun masuk kerumah sebentar untuk mencicipi kopi Waerebo yang khas itu, “mama tolong kau buatkan kopi 1 untuk ku mama” karna gw orangnya hobi ngopi apalagi kopi ireng yaa gilaaaak ngopi teruuss laaaah ampe puuaaass mantaaffff ahaha.
Ketua Adat Kampung Waerebo Pak Alex dan Arya
Menumbuk Kopi Waerebo
Kegiatan Menjemur Biji Kopi 
            Kami membawa sedikit permen dan coklat untuk berbagi dengan anak-anak dikampung Waerebo ini, semua orang disana sangatlah ramah dan sederhana mereka juga sangat baik dan luar biasa menghargai para tamu. Berbicara dan berinteraksi bersama mereka semua disana bikin gw senang, bahagia, takjub, salut dan makin jatuh hati terhadap masyarakat di tanah Flores ini, “Happiness is only real when shared” Chirstopher McCandless. Gw pun ngobrol dengan salah satu pemuda Waerebo terus gw pun diajak menuju Rumah Taman Baca untuk menikmati panorama Waerebo dari ketinggian, lalu malam pun datang kami beristirahat tidur diatas anyaman rotan yang sangat nyaman.
Anak Waerebo
Rumah Taman Baca Waerebo
Sore di Kampung Waerebo
Makan Malam Bersama
Rabu, 19 Agustus
            *Uhuuk uhuuk uwek uwek cuih* gw pun terbangun karna kepulan asap yang dibuat para mama yang sedang memulai memasak, ya letak dapurnya berada ditengah rumah bukan dibelakang atau disamping wajar aja kalo batuk dan hati suka pedih eh mata suka pedih maksudnya. Dengan muka lusuh mata belekan ileran ingusan gw pun nyamperin mama “Mama kopi 1 boleh mama” pesen kopi lagi gw ahaha baru keluar buat nikmatin sunrise agak kesiangan si sekitar jam 06.00wita gw menuju spot sunrise yaitu Rumah Taman Baca yang diantar pemuda Waerebo kemarin sore.
Para Mama sedang masak
Berlagak sok kuat padahal maaah paling loyo :p ahaha @fildzaainunn
Setelah sarapan kami pun harus melakukan perjalanan kembali menuju destinasi selanjutnya yaitu Danau Kelimutu, kami mulai turun menuju Denge sekitar jam 10.15wita dtemani kembali oleh pak Sebastian. Diharapkan untuk memakai sepatu atau sandal gunung jangan kayak gw yang dari Jakarta cuman make sandal jepit ijo sualow *yaakumahapaatuh* gapapa deh kalo kata si Uga @goresanpejalan mah GGS Ganteng Ganteng Sualow ahaha het bolang. Sampai homestay pak Blasius kami pun langsung istirahat sejenak dan melihat kondisi kawan perjalanan kami yaitu mas Bagus, tak diduga tak disangka ternyata dia pulang duluan buseeet gak bilang-bilang itu orang disitu gw bukan kecewa apalagi kecowa tapi gw jadi ngerasa gak enak mungkin dia sakit lelah kecapean atau apa  karna gw akuin emang trip ini bener-bener menguras fisik kami. 
Meninggalkan Waerebo Yang Hangat Akan Kebersamaan
Bersama Pak Sebastian Guide Kami
Kami pun melanjutkan perjalanan ke Danau Kelimutu, disini mas Apid ternyata bilang tidak sanggup untuk mengemudi sendirian dari Denge terus Moni Danau Kelimutu kemudian pulang ke Labuan Bajo. Wajar si lantaran perjalanan yang sangatlah jauh, akhirnya dia pun meminta bantuan ke temannya yang ada di Ruteng sekalian berangkat dengan berat hati kami pun menyetujuinnya, kami pun berangkat dari Denge sekitar jam 15.30wita. Sesampainya di Ruteng kami pun bertemu dengan temannya mas Apid yaitu bang Airin begitu gw manggilnya langsung aja kami meminta tolong dan langsung nego harga untuk membantu membawa mobil mas Apid ini jadi kami ada 2 driver harga pun sepakat di Rp.500.000. Jalurnya gelap gulita hawa yang mencekam seperti menyelimuti jalur trans Flores ini setelah melewati Ruteng, dimobil kami malah diceritain yang serem-serem sama bang airin dan mas Apid buset baaaang ampuun apalagi deket jalur Danau Ranamese yang konon katanya pernah ada *tuuuuut**skip* kejadian yang menyeramkan munculnya sosok tubuh seseorang yang tanpa kepala, dan seorang kakek-kakek yang bila kita melihatnya setidaknya memberikan rokok atau kita tidak bisa lewat.

Mengejar Sunrise Di Danau Kelimutu

2 komentar:

  1. Mudah2an tahun ini kesampean ke wae rebo ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminnn omcum disegerakan lah kesana!! tapi jangan mengumbar aurat mu ya disana, cukup dipantai aja hehe sukses terus omcum makasih sudah mampir :)

      Hapus