Minggu, 25 November 2012

tawuran menjadi hal biasa

Kalo di twitter tawuran menjadi TTWW atau trending topic world wide, kalo di berita telivisi tawuran menjadi sarapan disetiap paginya. Tawuran memang sedang naik daun saat ini, entah ini trend atau sudah menjadi kultur bagi masyarakat Indonesia khususnya pelajar. Ironis sekali memang pelajar yang katanya adalah penerus bangsa tetapi malah bersikap arogan dalam menghadapi masalah. Mereka kebanyakan tidak berpikir jauh ke depan hanya mengandalkan emosi sesaat.
Ada banyak alasan dari terjadinya tawuran itu,dari mulai hal sepele yang dibesar-besarkan sampai motif dendam yang memang sudah turun temurun.
Berikut saya mengambil contoh kasus tawuran yang terjadi didekat wilayah rumah saya sendiri yang mengakibatkan satu nyawa melayang sia-sia.
Didaerah tempat saya tinggal memang banyak terdapat sekolah swasta sekitar ada 4 sampai 5 sekolah dalam sepanjang jalan dengan jarak yang tidk terlalu jauh, mungkin inilah salah satunya sering terjadi tawuran.
Berikut adalah kronologis kejadiannya  yang saya kutip dari salah satu berita di media masa :
“DEPOK – Nasib tragis dialami Dedi Triyuda (17), siswa kelas 2 SMK Baskara Pancoran Mas, Depok, yang tewas dalam tawuran pelajar dengan pelajar SMK Panmas Depok.
Dedi tewas setelah dilempar batu berukuran sedang saat sedang melintas bersama teman-temannya menggunakan truk. Rupanya, tak hanya kepala Dedi yang bocor, namun paha kiri Dedi juga terkena luka sabetan golok hingga ia kehabisan darah.
Hal itu dituturkan petugas Klinik Apotek Depok Dua, Suhaebah yang mengaku melihat kondisi jenazah Dedi pertama kali. Luka Dedi terlihat memanjang sepanjang 10 centimeter dan luka bocor di kepala belakang bagian tengah.
“Sampai di sini sudah tewas, dalam lukanya, panjang seperti luka kena celurit, di kepala luka seruas jari, kemungkinan dipukul besi juga,” katanya kepada wartawan.
Jenazah Dedi dibawa oleh seorang temannya menggunakan angkot dari lokasi kejadian di pertigaan Mampang. Karena seorang diri, maka jenazah Dedi diturunkan dari angkot dengan cara diseret hingga ke klinik.
“Saya lihat ada yang teriak – teriak, satu pelajar pakai baju SMA umum, lalu ternyata anak itu menyeret jenazah penuh luka, saya kaget langsung diletakkan begitu saja lalu kabur,” tuturnya.
Dedi merupakan pelajar SMK Baskara jurusan Audio Video yang tinggal di wilayah Depok Jaya Agung, Pancoran Mas, Depok.”
Tragis memang siswa yang tidak tau apapun bisa meninggal karena hal yang tidak dia ketahui. Entah motif apa yang dilakukan oleh siswa yang tetiba saja melakukan tindakan yang tidk berhati nurani tersebut.
Sampai saat ini setau saya sekolah tersebut sudah berdamai entah secara simbolis saja atau memang akan berdamai. Semoga saja kejadian ini tidak akan terulang kembali.
Lalu bagaimanakah seharusnya peran sekolah ,pemerintah,orang tua dan kita sebagai mahasiswa untu meminimalisir kejadian tersebut?
Bagi sekolah mungkin sebaiknya bimbingan konseling dan budi pekerti luhur lebih harus ditingkatkan. Dan bisa juga diadakannya kegiatan ekstrakurikuler psikologis bagi pribadi siswa-siswinya adanya pembicaraan dari hati kehati dari guru terhadap muridnya, bukankah guru itu adalah orang tua kedua setelah oranng tua dirumah?
Bagi pemerintah sebaiknya jangan terlalu membebaskan izini mendirikan sekolah dalam jarak yang saling berdekatan, bukannya akan menjadikan kota yang terpelajar sebaliknya menjadi malah menjadi kota yang memberikan banyaknya peluang untuk tawuran,
Bagi orang tua sebaiknya memberikan perhatian yang lebih terhadap anak-anaknya dengan pendidikan agama tentunya, karena anak-anak usia masa sekolah adalah masa dimana mereka bisa berontak dan berani mencari tahu.
Dan kita sebagai mahasiswa yang jenjang pendidikannya lebih di atas mereka, kita bisa membantu memberikan bantuan penyuluhan-penyuluhan positif school to school.

http://jakarta.okezone.com/read/2012/09/12/501/688973/tawuran-siswa-smk-baskara-depok-tewas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar