Selasa, 14 April 2015

Part I Dieng Culture Festival ke V (2014) dan Gunung Prau


Di tahun 2014 kemarin tepatnya tgl 29 Agustus – 2 September kami melakukan perjalan ke dataran tinggi Dieng yang konon katanya merupakan dataran tinggi ke 2 setelah dataran tinggi di Tibet, buset ya kali. “Pasti dingin cuy disono kudu prepare jaket 2 nih hmm” gunyam Adep salah satu pemuda konyol dari kami sembari melotot. Dataran tinggi dieng ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng secara administratif terbagi dalam 2 wilayah,yaitu Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan Dieng Kulon, Kecamatan Batur,Banjarnegara. Secara geologi dataran tinggi dieng adalah dataran dengan aktivitas vulkanik dibawah permukaanya, susungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung disekitarnya sebagai tepinya dan juga terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Dataran tinggi dieng ini mempunyai  ketinggian rata-rata adalah sekitar  2.000 mdpl. Naaaahh perlu digaris bawahi disini suhu berkisar 12-200 celcius di siang hari dan 6-100 celcius dimalam harinya. Pada puncak musim kemarau yaitu kira-kira bulan Juni sampe Agustus suhu udara disana bisa sampai 00 celcius di pagi hari sehingga dapat memunculkan embun beku dan warga desa sana menyebutnya dengan “bun upas” atau embun racun karena menyebabkan kerusakan pada tanaman mereka. Nahlu kebayangkan dinginnya kek begimana kalo tinggal dimari hmmmm bisa-bisa ga pernah mandi pagi hehe.
Dataran Tinggi Dieng
Sebelum merencanakan perjalanan ini gw tanyain dulu satu persatu secara personal, kenapa?? Yeeaahh bisa dibilang kami adalah orang-orang yang konyol dan nekat untuk tetap pergi liburan di waktu yang sedang kru sial haha, karena sebagian dari kami masih ada yang belum tuntas mengerjakan tugas akhir perkuliahan atau skripsi termasuk gw haha tapi ada juga sebagian yang sudah selesai mengerjakannya dan ada yang tinggal daftar sidang aja kayak compree. Menurut kami tugas akhir kuliah bukan suatu penghalang untuk tetap pergi jalan-jalan menikmati lukisan allah di alam Indonesia ini, akan tetapi jangan sampai lepas dari tanggung  jawab seorang mahasiswa yang harus, kudu dan wajib lulus 4 tahun!!!. Amiiiiiin *suara gemuruh kami 17 org*. Yoi total rombongan kami ada 17 orang dari berbagai suku di Indonesia ini haha candaaaaa, kami semua 1 kampus ada gw Arya alias Ical, Wildan alias Adep, Dave, Aditya alias Ole, Rasyid alias Rasmuh, Jhon alias joker, Made alias Girmed, Fathia, Rayi, Disty, Dilla, Rini, Aga, alwin, Daniel alias Dante, Anas, Eky. Setelah dirundingkan kami pun sepakat dan mufakat berangkat pada bulan agustus yang sebelumnya gw rencanain berangkat bulan juli karena gw pribadi maunya buru-buru jalan HAYOOOOKK!! haha tapi bung dave mengusulkan kita berangkat akhir bulan Agustus saja karena pada tgl 30-31 Agustus disana akan dilangsungkan acara adat atau yang diberi nama Dieng Culture Festival yaitu prosesi pencukuran rambut anak gembel dan malamnya akan ada acara penerbangan lampion serta di iringi band-band music jazz huuuiiiii keceeeehh, selain itu masih banyak lagi pagelaran-pagelaran yang ciamik seperti tari tradisional, wayang kulit dan lain-lain *Cmiw. Selain itu gw jg dapet masukan dari Adep tentang Gunung Prau yang katanya mempunyai golden sunrise gak kalah the best, “ah serius lu pak??” panggilan akrab gw, dan akhirnya Okee akhirnya gw bikin itinerary serta estimasi biayanya. Lantaran kami tidak kebagian tiket untuk mengikuti acara DCF (Dieng Culture Festival) kami pun memilih mengikuti acara tersebut hanya semalam saja dan esok paginya lanjut ngetrek ke Gunung Prau.

Jum’at, 29 Agustus 2014
Pada hari H keberangkatan tanggal 29 jum’at sore kami berkumpul di kost an ceria yang dihuni oleh 3 serangkai ada Rasyid, Eky dan Aga. Kami ber15 kumpul di kontrakan lho kenapa 15?? Bukannya awal 17 orang?? Yap 2 orang lagi udah berangkat ke stasiun Purwokerto Eky dan Dante pada tanggal 28 hari kamis jam 21.00 naik Kreta Serayu Malam karna mereka berdua kehabisan tiket kreta untuk keberangkatan tgl 29 Agustus. Awalnya memang yang fix ikut 15 orang gw beli tiket sekitar 1 bulan sebelum keberangkatan untuk tanggal 29 Agustus dan tanggal 02 September untuk tiket pulang. Sialnya Eky dan Dante baru ngabarin seminggu sebelum hari H hemmm drama pun dimulai ketika gw cek tiket kreta ekonomi tgl 29 habis terjual *jengjeeeeng* “hayuluh gimana nih?? tapi tiket kreta untuk tanggal 28 masih tersedia” kata gw, kemudian mereka berdua saling menatap lalu mengangguk secara bersamaan terus pelukan hahaha kagak candaaaa, tanpa pikir panjang kami pun membeli tiket untuk keberangkatan tanggal 28 dan pulangnya tanggal 02 September untung masih tersedia.

Eky (kiri) & Dante (kanan)

Singkat cerita pada jam 15.00 kami berkumpul di kost an untuk briefing sebentar sebelum berangkat, yap sebentar-sebentar ngopi sebentar-sebentar ngerokok sebentar-sebentar maen PES haha alhasil briefing pun tertunda sampai Stasiun Pondok Cina baru briefing dan berdo’a pun dimulai kemudian berangkat menuju Stasiun Jakarta Kota. Setelah sampai Stasiun kami pun langsung menaiki kreta Serayu Malam, tepat Jam 21.00 kreta mulai tancap gas. Berang-berang pelliharaan si Kicuy, berangkat cuuuuuyyy. Pada malam hari kami di kreta tidak banyak melakukan aktivitas awalnya si poto-poto narsis selfie dulu terus update di path ga lama kemudian pada tidur, nah paling kalo kreta lagi berenti gw SBT dulu Smooke Break Time hehe ditemani Adep si raja emok, Ole, Jhon dan Rasyid abisan asem bos kalo ga ngeroko karna peraturan kreta sekarang udah kagak boleh ngerokok lagi di bordes kreta, tapi bagus si biar lebih bersih dan tidak bau asep rokok didalem kreta.
Stasiun Pondok Cina, Depok
Kreta Berangkat

Sabtu, 30 Agustus
            Waktu subuh pun menjelang pemandangan baru lah terlihat Kreta Serayu ini menembus kabut karena kreta ini melewati jalur selatan waaaaaw mejing. Sekitar jam 08.30 kami sampai si Stasiun Purwokerto dan langsung mencari sarapan deket-deket pintu keluar stasiun sekallian tanya-tanya tentang jalur angkutan umum untuk sampai ke Dieng.


Sampai di Stasiun Purwokerto

Setelah sarapan kami pun menaiki angkot yang kami carter untuk membawa kami ke terminal Purwokerto. Sampai terminal kami pun di kerubuni kenek bis dan calo mereka menawarkan bis ke Wonosobo tetapi kami lebih memilih untuk carter elf saja karna langsung menuju ke Dieng tanpa harus ke terminal Wonosobo lalu lanjut naik bis lagi ke Dieng. Jam 09.30 bis kami berangkat dari terminal yuuhuuuu senang rasanya jalan rame-rame apalagi 1 bis isinya rombongan kita doang tapi ada 2 orang deng yang ikut gabung di bis kita gw lupa namanya sebut saja si Pitak dan si Panjul mereka berdua dari Jakarta Utara tinggal di daerah Priuk, gw ga banyak ngobrol karna gw juga ngantuk mau tidur waktu di kreta kurang tidur mungkin terlalu sibuk untuk menanti kapan ni kreta berhenti mulut gw aseeemm!!.
Angkot dari Stasiun ke Terminal
Carter Bis dari Terminal ke Dieng
Perjalanan menuju Dieng ini cukup jauh pemirsah bete juga si kagak nyampe-nyampe akan tetapi pemandangan selama perjanan ini sungguh menakjubkan naik turun bukit serta disuguhi oleh pemandangan kebun milik warga setempat yang sedang memanen hasil kebunnya dan lama-lama udara  mulai terasa adem sejuk eemmm yahut lah. Jam 14.30 kami sampai Dieng dan turun di depan pos pendakian gunung Prau yaitu pathak banteng kemudian kami pun mengisi perut kami kembali karna tadi baru sarapan aja belum makan siang.
Sampai Base Camp
Dan disini kami bertemu temen 1 kampus kami ada Yudha, Ical tawon, dan Ryan Penyok mereka abis naik Merbabu terus tadi pagi naik Prau dan siang turun. Iya mereka emang hobi gunung salut deh buat mereka. Setelah makan siang kelar kami pun mencari rumah warga untuk menginap, setelah tanya kesana kemari akhirnya kami dapet rumah warga yang disewakan perorang membayar Rp.20.000!! Ibu Nur namanya waw baik sekali ibu nya mematok harga sebegitu murahnya. Modelnya si lesehan atau hanya beralaskan karpet, ah ga masalah bagi kami yang penting bisa selonjoran dan berlindung dari udara dingin desa ini. Setelah beres-beres ada yang mandi dan ada yang hanya cumuk atau cuci muka. Sekitar jam 19.00 kami berniat untuk datang menyaksikan penerbangan lampion dilapangan dekat candi arjuna, setelah nego alot dengan supir bak akhirnya kami sepakat untuk nyarter mobil bak nya dengan harga perorang nya Rp.6.000/org PP. Sampai depan pintu masuk kawasan Candi Arjuna kami membeli tiket masuk seharga Rp.10.000/org, setelah dipastikan grup kami masuk semua kami langsung menuju spot penerbangan lampion. Ini adalah pegalaman pertama kalinya gw menyaksikan penerbangan lampion yang begitu banyaknya huuuaaaa. *norak*
Nyarter Mobil Bak
Menuju Spot Penerbangan Lampion
Penerbangan Lampion (Ole)
Penerbangan Lampion
Setelah selesai menyaksikan penerbangan lampion kami pun memutuskan untuk balik ke home stay lantaran teman kami yaitu Fathia menggigil hebat tubuh kaku gemetar, lalu kami pun serentak menggiringnya ke luar area Candi Arjuna dan mencari warung untuk sekedar memesan teh hangat. Walaupun sudah minum teh hangat dan duduk istirahat di warung Fathia tetap saja menggigil, kemudian Ole pun melepas jaketnya dan memberikannya kepada Fathia begitupun Adep dia mengeluarkan kaos kaki futsal jagoannya di tas kecilnya karna dia memang bawa kaos kaki 2 lalu kami pun mengelilinginya dan anak cewe memeluk Fathia semua. Dave, Rasyid Made menghubungi supir mobil bak yang tadi kami carter agar menjemput kami tepat didepan pintu masuk Candi Arjuna. Ternyata sialnya jalanan penuh sesak dengan mobil alias macet akhirnya si supir pun menunggu dipertigaan Home Stay Bu Jono yang tak begitu jauh dari warung tempat kami istirahat kurang lebih sekitar 100 meter. Langsung saja kami membawa Fathia menuju mobil bak tersebut lalu duduk di depan samping pak supir. Sesampainya di Home Stay Fathia langsung kami selimuti dengan sleeping bag yang ia bawa, rayi dan disty memesan mie ongklok dengan nasi sekedar untuk mengisi perut agar tidak masuk angin nantinya, mereka pun makan saling menyuapi. Rasa haru, senang, bahagia, dan salut melihat ke kompakan mereka. Dan malam ini kami pun tidur istirahat agar besok badan lebih fit untuk memulai mendaki Gunung Prau. LANJUT PART II Dieng Culture Festival ke V (2014) dan Gunung Prau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar