Selasa, 14 April 2015

Part II Dieng Culture Festival ke V (2014) dan Gunung Prau

Minggu, 31 Agustus
Bangun pagi untuk mencari sarapan mengisi perut kosong sebelum mendaki, setelah sarapan kami pun rapih-rapih ada yang mandi ada yang engga termasuk gw hehe. Setelah pecking selesai dan membawa air kurang lebih 15 botol ukuran 1,5 liter, sekitar jam 11.00 kami pun bergegas menuju pathak banteng dan membayar tiket pendakian sebesar Rp. 4.000. Awal mendaki kita disuguhi dengan anak tangga huih engap cing, setelah melewati anak tangga jalur pun mulai terasa sedikit landai dan sedikit menanjak bahkan bisa dilalui oleh motor trail, iya motor ada jasa ojek yang mengantar dari bawah hingga ke Pos 1 ini atau Sikut Dewo. 
Jalur Pendakian

POS I Sikut Dewo
Setelah melewati Pos 1 jalur mulai mengecil atau hanya bisa dilalui 1 arah jadi kami bergantian dengan yang mau turun dan waktu itu banyak sekali yang turun hingga mengantri, kami pun kadang melipir ke kebun milik warga dengan langkah yang sangat hati-hati agar tanamannya tidak rusak. Sampai Pos 2 atau Canggal Walangan kami istirahat karna ingin foto-foto sejenak hehe view dari atas sini terlihat desa dieng huuiiihh subhanallaaah. 
POS II Canggal Walangan


Lanjut kembali menuju Pos 3 atau Cacingan, Pos ini adalah Pos terakhir sebelum sampai puncak hadeeeeh ngeliat keatas kek nya terjal bener tanjakannya. Sebelum lanjut naik gw bakar rokok dulu bersama Adep dan Rasyid biar selaw dan tiba-tiba Rasyid pun mengeluarkan sebuah makanan yang dikemas digelas jar atau cup mangkok awalnya gw sama Adep ga tau itu apa “eh cit bawa apan lu?” tanya Adep, “haha ga tau kan lu? Ini Carica cuy manisan Dieng” kata Rasyid, “aaahh so tau lu Cit beli gituan, mana coba sini bagi gw” kata gw. Manisan carica ini memang menjadi manisan khas Dieng, terbuat dari buah carica yang hanya tumbuh di dataran tinggi Dieng dengan curah hujan yang tinggi dan tanah yang subur. Sekilas buah carica ini menurut gw kek buah pepaya pada umumnya tapi rada kecilan aja. Setelah 1 batang rokok dan 1 cup carica habis kami pun mulai menyusul yang lain karena di belakang tersisa kami bertiga yang bertugas sebagai sweeper.
POS III Cacingan

Sekitar jam 14.00 kami bertiga sampai paling akhir di puncak, istirahat sejenak lalu mambantu mendirikan tenda dan merapihkan bahan logistik yang mau di olah untuk makan siang. Masalah ngolah makanan weits remaja tanggung bertubuh gempal ini jagonya Ole namanya dengan dibantu para assistennya yaitu para ladies Ole pun mengatur bahan makanan yang ingin diolah dan sisa nya bantu-bantu mendirikan tenda, merapihkan barang-barang agar tidak tercecer dan membersihkan sampah sekitar agar terlihat agak bersih maklum kemarin malam banyak sekali yang bermalam disini sekitar 1000 orang lebih agak lebay si tapi itulah yang gw denger dari penjaga warung terakhir dijalur pendakian.
Puncak Gn. Prau

Mengolah Logistik dan Mendirikan Tenda
Setelah makan sore gw pun teringat akan sunset karna gw baca-baca di Gunung Prau ini selain Golden Sunrise nya yang the best ternyata ada sunset yang ciamik, jam 17.00 kami menuju bukit tertinggi yang mengarah ke arah barat dan ternyata benaaaaarr adanya sunset yang membuat mulut gw tak henti mengucap subhanallaaah serta rasa syukur alhamdulillah. Sekitar 2 jam kami menikmati sunset di atas awan yang terbenam perlahan-lahan, merubah langit dari biru cerah menjadi oren dan akhirnya menjadi gelap gulita tetapi tetap tak menghilangkan keindahannya karna perlahan-lahan terlihatlah bintang-bintang yang bertebaran dilangit huuaa mejing thanks God I’m Indonesian!!!.
Sunset (Dave & Dilla)

Sang Surya Mulai Tenggelam ( Bang Girmed )
Aga, Anas, Made, Dante, Alwin, dan Eky (dari Kiri-Kanan)
Sang Surya Mulai Tenggelam
 Selesai mantengin sunset yang ciamik kami langsung menuju tenda kembali karna di atas bukit tadi anginnya makin lama makin terasa kencang. Kami melewati malam yang dingin dengan minuman hangat sembari bercengkrama hingga larut.
Malam di Gn. Prau

Jam 21.30 karna ngantuk dan besok harus bangun subuh kami memasuki tenda tinggal Gw, Adep, Rasyid dan Ole yang masih ngopi ngeteh diluar tenda, sekitar jam 22.00 Adep, Rasyid dan Ole pun menyusul masuk tenda lalu tidur tinggal gw ngopi sendokiran “tanggung sebatang lagi ah” kata gw sembari ngeluarin selembar kertas dan spidol untuk menuliskan kata-kata untuk pacal gw @dianna_aii hehe. Ga lama kemudian ada suara manggil gw dari dalam tenda cewe dan ternyata itu suara Dila yang sedang memeluk Disty yang menggigil “Cal bikinin gw teh manis anget buat Disty” kata Dila. Sekut juga gw tau ada yang mengigil di puncak gini dengan gerak cepat gw pun masak aer buat nyeduh teh anget sembari ngambil sleeping bag pelan-pelan di tenda gw yang di jadiin selimut oleh anak-anak “maap gaes gw pinjem bentar” kata gw dengan nada pelan takut pada bangun dan sadar sleeping bag nya gw embat hehe. Jam 24.00 akhirnya Disty membaik dan kami pun semua tertidur dengan lelap.

Senin, 01 September
            Sekitar jam 04.30 kami semua bangun dan bergegas keluar tenda melawan udara yang sangat dingin demi menyaksikan matahari terbit diantara 4 gunung yaitu Sindoro, Sumbing, Merbabu dan Merapi. Kami semua menuju bukit yang rada tinggi dari tempat kami mendirikan tenda dan akhirnya secara perlahan-lahan sang surya mulai menampakkan pesonanya sungguh luar biasa kami dibuat takjub kembali dengan keindahan sunrise yang kami saksikan saat itu. Kami pun tak mau kehilangan moment saat matahari terbit itu kami abadikan dengan foto dan rekaman video.

Menanti Sunrise


Bukit Teletubies ( Jhon )

Banner
Rayi , Disty , Fathia (kiri-kanan)
Banner
Perkumpulan Anak Akuntasi 2010
Aksi Pemuda Konyol
Ini lah Kami Semua *Jengjeeeng*

Setelah kami puas menikmati pesona dan hangatnya matahari terbit saat itu, kami pun langsung menuju tenda menyiapkan sarapan sebelum melakukan pecking untuk turun. Hadeeehh siyalnya persediaan air kami tinggal beberapa botol aja cukup si buat makan tapi buat minum abis makan terus buat minum pas turun hmmm kuraaang!!! Setelah dirundingkan akhirnyaaaa jeng jeeeng yang berjiwa pahlawan dan berjiwa kesatria lah yang berkorban, disitu Dave memutuskan untuk turun seorang diri atau sendokiran buat ngambil air di bawah. “Gilak sendokiran yakin lu bang?” kata gw, “UDEEEHH SELAAAWW” kata Dave sembari ngambil botol dan tas gemblok gw. sekitar jam 07.25 Dave turun ke arah pathak Banteng jalur yang kami naiki, sembari nunggu Dave kami merapihkan barang-barang kami dan membuat sarapan. Sekitar jam 09.15 sosok tinggi kekar rambut ikal pun muncul dengan membawa air di dalam tasnya, iya akhirnya Dave pun sampai dia membawa sekitar 5 botol ukuran 1,5 liter. Setelah Dave istirahat kami pun sarapan sebentar, jam 11.30 kami turun melalui jalur Dieng karna kata Dave turun lewat Pathak Banteng harus ekstra hati-hati karna turunannya terjal. Oke kami putuskan turun lewat jalur Dieng dengan sisa bekal air 2 botol “hmmm irit-irit Sob” kata Ole. Untung jalurnya banyak landai asik lah ga berat-berat amat cuman naik turun sekitar 3 bukit lah. Sampe bawah sekitar jam 14.30 karna kami kebanyakan break untuk mengatur napas ditemani sebatang rokok fufufuuu. Sembari istirahat kami pun mencari warung makan untuk mengisi perut yang kosong, niatnya si mau lanjut ke Telaga Cebong untuk mendirikan tenda dan melihat sunrise lagi di Bukit Sikunir tapi ongkos untuk kesana dan balik lagi cukup menguras dompet kami akhirnya kami memutuskan untuk menginap kembali di Home Stay atau dirumah Bu Nur yang disewakan. Sebelum kami balik ke Home Stay kami menyempatkan untuk berkunjung ke Candi Arjuna walaupun sudah rada gelap sekitar jam 17.00  kami coba masuk ke dalam.
Kami Semua Di Candi Arjuna

Sampai jam 19.00 akhirnya kami memuuskan untuk balik ke Home Stay dengan menaiki bis kayak Metromini kalo di Jakarta dengan membayar Rp.2.000 turun di depan Basecamp Pathak Banteng. Sesampainya di Home Stay kami pun isirahat biar besok kondisi kami fit kembali waktu pulang.

Selasa, 02 September
            Huuuaaa ga di puncak ga di bawah dinginnya ga nahan cing, kami bangun pagi untuk  menyiapkan sarapan dan melakukan pecking kembali. Selesai sarapan dan pecking Rasyid menghubungi kawannya yaitu Pak Bangkit haha, iya waktu berangkat kemarin Rasyid minta nomer hp supir bus itu biar minta jemput aja sekalian pas nanti pulang. Jam 13.30 kami minta jemput di depan Basecamp Pathak Banteng, sebelum kami pulang kami membeli oleh-oleh dulu diwarung ibu Nur ini kami membeli Carica dan makanan khas Dieng lainnya kecuali gw karna emang gw ga bawa uang lebih huhu. Memang dasarnya penduduk Indonesia itu baik-baik, ramah dan murah senyum sekali lagi kami menerima ke baikan lagi dari warga Dieng ini yaitu Bu Nur yang sudah menampung kami dirumahnya 2 malam dengan hanya membayar Rp. 20.000/org /malam, sewaktu kami pamitan dan mau naik bis gw di kasi Carica 1 dus berisikan sekitar 12 cup, “bawa saja buat dijalan untuk nyemil” kata bu Nur. Subhanallaaah kalo gw ada kesempatan lagi berkunjung ke Dieng gw bakal sempet-sempetin ketemu bu Nur mungkin wajahnya agak sedikit terlupakan tapi kebaikannya itu ga akan terlupakan secuil pun oleh kami. Bis berangkat sekitar jam 13.30 sampai Stasiun Purwokerto sekitar jam 16.30 langsung masuk ke dalam Stasiun untuk menunggu Kreta Serayu datang yang akan membawa kami pulang dengan sejuta cerita, kenangan, pengalaman, pengorbanan dan kebersamaan yang tak terlupakan.
Menunggu Kreta Serayu Tiba

Itinerary dan Estimasi Biaya
Tgl 29, jumat
Jam 21.00        Naik kreta serayu malam dari Jakarta Kota Rp. 35.000

Tgl 30, sabtu
Jam 08.30        Sampai Stasiun Purwokerto lanjut mencari sarapan
Jam 09.15       menuju terminal puwokerto naik angkot Rp. 4.000
Jam 09.25        sampai terminal purwokerto
Jam 09.30       berangkat dari terminal menuju dieng dengan nyarter elf Rp. 40.000/org
Jam 14.30        sampai dieng pathak banteng pos pendakian gunung prau
                        Membayar tiket pendakian Rp. 4.000
Jam 15.00        mencari home stay / rumah warga untuk istirahat dengan membayar Rp. 20.000/org  /mlm
Jam 19.00        nyarter mobil bak Rp. 6.000/org dari Home stay (deket base camp) ke candi arjuna untuk mengikuti acara festival (penerbangan lampion dan musik  jazz)
Jam 19.30        masuk area penerbangan lampion dan candi arjuna membayar biaya masuk sebesar Rp.10.000
Jam 21.00       pulang menuju homestay dengan mobil bak yang sudah di carter tadi
Jam 21.30        sampai homestay lalu tidur

Tgl 31, minggu sarapan
Jam 11.00        meninggalkan homestay dan mulai start mendaki lewat pathak banteng (membayar tiket pendakian Rp. 4.000)
Jam 14.00        sampai pucak gunung prau
Jam14.00         istirahat dan mendirikan tenda kemudian menyiapkan makan
Jam 17.00        menikmati sunset
Jam 18.30        balik ke tenda untuk istirahat dan menyiapkan makan malam
Jam 19.00        berkumpul sembari nikmati kopi dan teh manis
Jam 21.30        istirahat tidur

Tgl 01, senin   
Jam 04.30        bangun tidur untuk menikmati golden sunrise
Jam 07.30        balik ketenda untuk menyiapkan sarapan
Jam 09.00        mulai pecking untuk turun
Jam 11.30        turun melalui jalur dieng
Jam 14.30        sampai bawah atau sampai dieng
Jam 15.00        istirahat dan makan
Jam 17.00        menuju candi arjuna
Jam 19.00        kembali menuju homestay dengan bis umum Rp.2.000

Tgl 02, selasa  
Jam 09.00        bangun mandi dan masak untuk sarapan
Jam 13.30        nyarter bus mini dengan biaya Rp. 40.000/org
Jam 16.30        sampai stasiun Purwokerto
Jam 20.00        kreta brangkat mnuju stasiun kota dngan kreta serayu malam Rp35.000

Tgl 03, rabu    
Jam 02.30        sampai stasiun kota finiisshhh alhamdulillaah

Kontak :
Pak. Bangkit supir bis (purwokerto-dieng PP)
085227004752
Pak samsu supir bis (dieng-telaga cebong)
081226605095
Bu Nur rmh warga yang disewakan / rumah Carica
085227313876
085641937699
Pokdarwis Dieng
08132l693476

Part I Dieng Culture Festival ke V (2014) dan Gunung Prau


Di tahun 2014 kemarin tepatnya tgl 29 Agustus – 2 September kami melakukan perjalan ke dataran tinggi Dieng yang konon katanya merupakan dataran tinggi ke 2 setelah dataran tinggi di Tibet, buset ya kali. “Pasti dingin cuy disono kudu prepare jaket 2 nih hmm” gunyam Adep salah satu pemuda konyol dari kami sembari melotot. Dataran tinggi dieng ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng secara administratif terbagi dalam 2 wilayah,yaitu Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan Dieng Kulon, Kecamatan Batur,Banjarnegara. Secara geologi dataran tinggi dieng adalah dataran dengan aktivitas vulkanik dibawah permukaanya, susungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung disekitarnya sebagai tepinya dan juga terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Dataran tinggi dieng ini mempunyai  ketinggian rata-rata adalah sekitar  2.000 mdpl. Naaaahh perlu digaris bawahi disini suhu berkisar 12-200 celcius di siang hari dan 6-100 celcius dimalam harinya. Pada puncak musim kemarau yaitu kira-kira bulan Juni sampe Agustus suhu udara disana bisa sampai 00 celcius di pagi hari sehingga dapat memunculkan embun beku dan warga desa sana menyebutnya dengan “bun upas” atau embun racun karena menyebabkan kerusakan pada tanaman mereka. Nahlu kebayangkan dinginnya kek begimana kalo tinggal dimari hmmmm bisa-bisa ga pernah mandi pagi hehe.
Dataran Tinggi Dieng
Sebelum merencanakan perjalanan ini gw tanyain dulu satu persatu secara personal, kenapa?? Yeeaahh bisa dibilang kami adalah orang-orang yang konyol dan nekat untuk tetap pergi liburan di waktu yang sedang kru sial haha, karena sebagian dari kami masih ada yang belum tuntas mengerjakan tugas akhir perkuliahan atau skripsi termasuk gw haha tapi ada juga sebagian yang sudah selesai mengerjakannya dan ada yang tinggal daftar sidang aja kayak compree. Menurut kami tugas akhir kuliah bukan suatu penghalang untuk tetap pergi jalan-jalan menikmati lukisan allah di alam Indonesia ini, akan tetapi jangan sampai lepas dari tanggung  jawab seorang mahasiswa yang harus, kudu dan wajib lulus 4 tahun!!!. Amiiiiiin *suara gemuruh kami 17 org*. Yoi total rombongan kami ada 17 orang dari berbagai suku di Indonesia ini haha candaaaaa, kami semua 1 kampus ada gw Arya alias Ical, Wildan alias Adep, Dave, Aditya alias Ole, Rasyid alias Rasmuh, Jhon alias joker, Made alias Girmed, Fathia, Rayi, Disty, Dilla, Rini, Aga, alwin, Daniel alias Dante, Anas, Eky. Setelah dirundingkan kami pun sepakat dan mufakat berangkat pada bulan agustus yang sebelumnya gw rencanain berangkat bulan juli karena gw pribadi maunya buru-buru jalan HAYOOOOKK!! haha tapi bung dave mengusulkan kita berangkat akhir bulan Agustus saja karena pada tgl 30-31 Agustus disana akan dilangsungkan acara adat atau yang diberi nama Dieng Culture Festival yaitu prosesi pencukuran rambut anak gembel dan malamnya akan ada acara penerbangan lampion serta di iringi band-band music jazz huuuiiiii keceeeehh, selain itu masih banyak lagi pagelaran-pagelaran yang ciamik seperti tari tradisional, wayang kulit dan lain-lain *Cmiw. Selain itu gw jg dapet masukan dari Adep tentang Gunung Prau yang katanya mempunyai golden sunrise gak kalah the best, “ah serius lu pak??” panggilan akrab gw, dan akhirnya Okee akhirnya gw bikin itinerary serta estimasi biayanya. Lantaran kami tidak kebagian tiket untuk mengikuti acara DCF (Dieng Culture Festival) kami pun memilih mengikuti acara tersebut hanya semalam saja dan esok paginya lanjut ngetrek ke Gunung Prau.

Jum’at, 29 Agustus 2014
Pada hari H keberangkatan tanggal 29 jum’at sore kami berkumpul di kost an ceria yang dihuni oleh 3 serangkai ada Rasyid, Eky dan Aga. Kami ber15 kumpul di kontrakan lho kenapa 15?? Bukannya awal 17 orang?? Yap 2 orang lagi udah berangkat ke stasiun Purwokerto Eky dan Dante pada tanggal 28 hari kamis jam 21.00 naik Kreta Serayu Malam karna mereka berdua kehabisan tiket kreta untuk keberangkatan tgl 29 Agustus. Awalnya memang yang fix ikut 15 orang gw beli tiket sekitar 1 bulan sebelum keberangkatan untuk tanggal 29 Agustus dan tanggal 02 September untuk tiket pulang. Sialnya Eky dan Dante baru ngabarin seminggu sebelum hari H hemmm drama pun dimulai ketika gw cek tiket kreta ekonomi tgl 29 habis terjual *jengjeeeeng* “hayuluh gimana nih?? tapi tiket kreta untuk tanggal 28 masih tersedia” kata gw, kemudian mereka berdua saling menatap lalu mengangguk secara bersamaan terus pelukan hahaha kagak candaaaa, tanpa pikir panjang kami pun membeli tiket untuk keberangkatan tanggal 28 dan pulangnya tanggal 02 September untung masih tersedia.

Eky (kiri) & Dante (kanan)

Singkat cerita pada jam 15.00 kami berkumpul di kost an untuk briefing sebentar sebelum berangkat, yap sebentar-sebentar ngopi sebentar-sebentar ngerokok sebentar-sebentar maen PES haha alhasil briefing pun tertunda sampai Stasiun Pondok Cina baru briefing dan berdo’a pun dimulai kemudian berangkat menuju Stasiun Jakarta Kota. Setelah sampai Stasiun kami pun langsung menaiki kreta Serayu Malam, tepat Jam 21.00 kreta mulai tancap gas. Berang-berang pelliharaan si Kicuy, berangkat cuuuuuyyy. Pada malam hari kami di kreta tidak banyak melakukan aktivitas awalnya si poto-poto narsis selfie dulu terus update di path ga lama kemudian pada tidur, nah paling kalo kreta lagi berenti gw SBT dulu Smooke Break Time hehe ditemani Adep si raja emok, Ole, Jhon dan Rasyid abisan asem bos kalo ga ngeroko karna peraturan kreta sekarang udah kagak boleh ngerokok lagi di bordes kreta, tapi bagus si biar lebih bersih dan tidak bau asep rokok didalem kreta.
Stasiun Pondok Cina, Depok
Kreta Berangkat

Sabtu, 30 Agustus
            Waktu subuh pun menjelang pemandangan baru lah terlihat Kreta Serayu ini menembus kabut karena kreta ini melewati jalur selatan waaaaaw mejing. Sekitar jam 08.30 kami sampai si Stasiun Purwokerto dan langsung mencari sarapan deket-deket pintu keluar stasiun sekallian tanya-tanya tentang jalur angkutan umum untuk sampai ke Dieng.


Sampai di Stasiun Purwokerto

Setelah sarapan kami pun menaiki angkot yang kami carter untuk membawa kami ke terminal Purwokerto. Sampai terminal kami pun di kerubuni kenek bis dan calo mereka menawarkan bis ke Wonosobo tetapi kami lebih memilih untuk carter elf saja karna langsung menuju ke Dieng tanpa harus ke terminal Wonosobo lalu lanjut naik bis lagi ke Dieng. Jam 09.30 bis kami berangkat dari terminal yuuhuuuu senang rasanya jalan rame-rame apalagi 1 bis isinya rombongan kita doang tapi ada 2 orang deng yang ikut gabung di bis kita gw lupa namanya sebut saja si Pitak dan si Panjul mereka berdua dari Jakarta Utara tinggal di daerah Priuk, gw ga banyak ngobrol karna gw juga ngantuk mau tidur waktu di kreta kurang tidur mungkin terlalu sibuk untuk menanti kapan ni kreta berhenti mulut gw aseeemm!!.
Angkot dari Stasiun ke Terminal
Carter Bis dari Terminal ke Dieng
Perjalanan menuju Dieng ini cukup jauh pemirsah bete juga si kagak nyampe-nyampe akan tetapi pemandangan selama perjanan ini sungguh menakjubkan naik turun bukit serta disuguhi oleh pemandangan kebun milik warga setempat yang sedang memanen hasil kebunnya dan lama-lama udara  mulai terasa adem sejuk eemmm yahut lah. Jam 14.30 kami sampai Dieng dan turun di depan pos pendakian gunung Prau yaitu pathak banteng kemudian kami pun mengisi perut kami kembali karna tadi baru sarapan aja belum makan siang.
Sampai Base Camp
Dan disini kami bertemu temen 1 kampus kami ada Yudha, Ical tawon, dan Ryan Penyok mereka abis naik Merbabu terus tadi pagi naik Prau dan siang turun. Iya mereka emang hobi gunung salut deh buat mereka. Setelah makan siang kelar kami pun mencari rumah warga untuk menginap, setelah tanya kesana kemari akhirnya kami dapet rumah warga yang disewakan perorang membayar Rp.20.000!! Ibu Nur namanya waw baik sekali ibu nya mematok harga sebegitu murahnya. Modelnya si lesehan atau hanya beralaskan karpet, ah ga masalah bagi kami yang penting bisa selonjoran dan berlindung dari udara dingin desa ini. Setelah beres-beres ada yang mandi dan ada yang hanya cumuk atau cuci muka. Sekitar jam 19.00 kami berniat untuk datang menyaksikan penerbangan lampion dilapangan dekat candi arjuna, setelah nego alot dengan supir bak akhirnya kami sepakat untuk nyarter mobil bak nya dengan harga perorang nya Rp.6.000/org PP. Sampai depan pintu masuk kawasan Candi Arjuna kami membeli tiket masuk seharga Rp.10.000/org, setelah dipastikan grup kami masuk semua kami langsung menuju spot penerbangan lampion. Ini adalah pegalaman pertama kalinya gw menyaksikan penerbangan lampion yang begitu banyaknya huuuaaaa. *norak*
Nyarter Mobil Bak
Menuju Spot Penerbangan Lampion
Penerbangan Lampion (Ole)
Penerbangan Lampion
Setelah selesai menyaksikan penerbangan lampion kami pun memutuskan untuk balik ke home stay lantaran teman kami yaitu Fathia menggigil hebat tubuh kaku gemetar, lalu kami pun serentak menggiringnya ke luar area Candi Arjuna dan mencari warung untuk sekedar memesan teh hangat. Walaupun sudah minum teh hangat dan duduk istirahat di warung Fathia tetap saja menggigil, kemudian Ole pun melepas jaketnya dan memberikannya kepada Fathia begitupun Adep dia mengeluarkan kaos kaki futsal jagoannya di tas kecilnya karna dia memang bawa kaos kaki 2 lalu kami pun mengelilinginya dan anak cewe memeluk Fathia semua. Dave, Rasyid Made menghubungi supir mobil bak yang tadi kami carter agar menjemput kami tepat didepan pintu masuk Candi Arjuna. Ternyata sialnya jalanan penuh sesak dengan mobil alias macet akhirnya si supir pun menunggu dipertigaan Home Stay Bu Jono yang tak begitu jauh dari warung tempat kami istirahat kurang lebih sekitar 100 meter. Langsung saja kami membawa Fathia menuju mobil bak tersebut lalu duduk di depan samping pak supir. Sesampainya di Home Stay Fathia langsung kami selimuti dengan sleeping bag yang ia bawa, rayi dan disty memesan mie ongklok dengan nasi sekedar untuk mengisi perut agar tidak masuk angin nantinya, mereka pun makan saling menyuapi. Rasa haru, senang, bahagia, dan salut melihat ke kompakan mereka. Dan malam ini kami pun tidur istirahat agar besok badan lebih fit untuk memulai mendaki Gunung Prau. LANJUT PART II Dieng Culture Festival ke V (2014) dan Gunung Prau